Cakra Wikara Indonesia berkonsolidasi dalam Aliansi Perempuan Indonesia (API) yang terdiri dari beragam organisasi masyarakat sipil. Pasca tragedi meninggalnya Affan Kurniawan yang dilindas mobil aparat, Aliansi Perempuan Indonesia melakukan aksi protes Perempuan Melawan Kekerasan Negara. Aksi ini dilakukan di depan Gerbang Utama DPR RI pada 3 September 2025 dan menjadi ajang bersatunya perempuan dengan rakyat melawan kekerasan negara, menolak pemborosan uang rakyat, dan memperjuangkan demokrasi. CWI dan berbagai organisasi masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Indonesia ikut menuntut penghentian kekerasan negara.
CWI juga menghadiri konferensi pers API di peringatan September Hitam pada 10 September 2025 untuk memperingati atas banyaknya kejadian gelap yang menimpa rakyat di bulan September. Konferensi pers tersebut mendesak penuntasan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi pada bulan September dalam sejarah Indonesia. Setelah konferensi pers, dilaksanakan juga konsolidasi
API juga mengadakan rapat konsolidasi untuk menyatakan sikap bersama. Pada 8 Oktober, CWI menghadiri rapat konsolidasi yang menyatakan “Program MBG Membahayakan Nyawa Anak, Hentikan Sekarang Juga!” yang menyampaikan keprihatinan mendalam atas jatuhnya korban anak-anak akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). enyampaikan keprihatinan mendalam atas jatuhnya korban anak-anak akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah.
Pada 2 November 2025, diadakan juga konferensi pers dimana Yolanda Pandjaitan, perwakilan Cakra Wikara Indonesia, menjadi narasumber dalam “Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto. Usut Tuntas Kejahatan HAM Orde Baru.” Pernyataan sikap dan konferensi pers API ini mengecam dan menolak penetapan Soeharto sebagai pahlawan oleh Presiden Prabowo karena Soeharto merupakan simbol kekuasaan yang membunuh, menyiksa, memperkosa dan menyasar tubuh perempuan dalam berbagai tindakan kekerasan selama lebih dari tiga dekade rezim Orde Baru.
Diluar itu, Cakra Wikara juga aktif membuat konten sosial media berbentuk video pendek bersama anggota API lainnya yang ikut menyuarakan kekhawatiran bersama terhadap rezim pemerintahan Indonesia.
API menjadi ruang konsolidasi lintas organisasi perempuan yang melawan represi negara. Seruan utama API dalam setiap langkahnya dalah “Protes adalah Hak!” yang menegaskan legitimasi aksi kolektif sebagai bagian dari demokrasi.
