Seoul Democracy Forum 2022

Diunggah pada

Cakra Wikara Indonesia (CWI) adalah salah satu anggota the Consortium for the Asian Democracy Index (CADI) yang diinisiasi oleh the Democracy and Social Movements Institute (DaSMI), Sungkonghoe University, Korea Selatan dan didukung oleh the Korea Democracy Foundation (KDF). CADI melaksanakan riset kolaboratif tentang demokrasi di negara-negara anggotanya, dengan memaknai demokratisasi sebagai demonopolisasi di bidang politik, ekonomi dan masyarakat sipil. Riset Asian Democracy Index (ADI) dilakukan dengan survei terhadap responden ahli yang memiliki keahlian, pengalaman dan fokus kerja pada ketiga bidang tersebut. CADI saat ini beranggotakan perwakilan dari 5 negara: Korea Selatan, Indonesia, Filipina, Thailand dan Malaysia. Anggota CADI meliputi peneliti / akademisi dan lembaga penelitian yang melakukan survei ADI di tiap negara dengan menggunakan instrumen survei yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota konsorsium.

Salah satu kegiatan awal CADI adalah berpartisipasi dalam Seoul Democracy Forum (SDF) 2022 yang diselenggarakan secara daring pada Jumat, 24 Juni 2022. Dalam salah satu sesi SDF yang bertema “The Present and Future of Democracy in Five Countries”, seluruh anggota CADI mempresentasikan paparan mengenai situasi demokrasi terkini di masing-masing negara. Paparan mengenai demokrasi Indonesia yang disusun oleh CWI dipresentasikan oleh Yolanda Panjaitan selaku peneliti CWI. Setelah diskusi mengenai kondisi demokrasi, para anggota CADI juga mendiskusikan metodologi ADI untuk mempersiapkan survei ADI tahun 2022 yang akan segera dilakukan.

Berikut judul-judul mini paper yang dipresentasikan oleh setiap negara anggota CADI:

  1. Indonesia
    Indonesia’s Current Democracy: Expanding Pro-Market Politics and the Repression of Civil Rights
  2. Malaysia
    Democracy Transition in Malaysia: Quo Vadis?
  3. Korea Selatan
    The Candlelight Government and the Quality of Democracy
  4. Thailand
    Asian Democracy Index and Contentious Politics in Thailand
  5. Filipina
    Marcos II: Did Filipinos Really Vote for an Authoritarian Restoration?