Mengenali Hambatan Multidimensional Perempuan Menjadi Kepala Sekolah dan Madrasah

Diunggah pada

Cakra Wikara Indonesia (CWI), didukung program INOVASI, melakukan riset kualitatif untuk menjawab pertanyaan mengapa perempuan kurang terwakili sebagai kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Data terkini Kemendikbudristek dan Kemenag mencatat jumlah perempuan sebagai kepala SDN maupun MI kurang dari 50 persen, sementara jumlah guru perempuan mencapai 70 persen di SDN dan 78 persen di MI.

Riset ini dilakukan di empat kabupaten wilayah mitra INOVASI, yaitu Kabupaten Bima (Provinsi Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Probolinggo (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara), dan Kabupaten Sumba Barat (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Data primer diperoleh melalui wawancara dan diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion/FGD) yang dilakukan secara daring bersama mitra lokal CWI di keempat daerah. Data sekunder didapat dari kajian literatur, penelusuran situs resmi data pokok pendidikan, pengajuan permohonan data kepada Kemendikbudristek dan Kemenag, serta telaah regulasi terkait prosedur pemilihan kepala sekolah pada SDN, MIN, dan MIS. Jumlah informan keseluruhan dalam riset ini mencakup 74 orang yang terdiri dari 38 perempuan dan 36 laki-laki dari unsur sekolah (guru dan kepala sekolah), serta unsur pemangku kepentingan.

Temuan riset ini menunjukkan bahwa perempuan mengalami hambatan multidimensional yang terdiri dari dimensi regulasi, kultural, dan waktu. Ketiga hambatan ini saling terkait di mana hambatan utama bersumber pada hambatan berdimensi kultural yang tidak kasatmata, tersembunyi di ruang privat. Peraturan pemilihan kepala sekolah yang netral gender menjadi disinsentif bagi perempuan karena peraturan tersebut tidak dapat mengenali hambatan tak kasatmata yang dihadapi perempuan.

Tim Penulis  : Anna Margret, Dirga Ardiansa, Dewi Mulyani Setiawan, Heru Samosir, Mia Novitasari, Roni

Halaman      : v + 58 halaman

Tahun           : 2022

Unduh Buku Mengenali Hambatan Multidimensional Perempuan Menjadi Kepala Sekolah dan Madrasah