Cakra Wikara Indonesia (CWI) melaksanakan riset Asian Democracy Index (ADI) pada tahun 2022 untuk mengukur demokrasi selama dua tahun terakhir selama masa pandemi. CWI adalah bagian dari suatu konsorsium yang bernama the Consortium of Asian Democracy Index yang terdiri dari beberapa lembaga riset dan peneliti dari beberapa negara Asia yaitu: Korea Selatan (Sungkonghoe University – Seoul National University), Filipina (Third World Study Center, University of Philipine), Malaysia (Civic Research – Merdeka Center for Opinion Research), Thailand (Chulalongkorn University), dan Indonesia (Cakra Wikara Indonesia). ADI dilakukan oleh para peneliti CWI pada 2011-2015, sempat terhenti beberapa tahun dan dilakukan kembali pada tahun 2022.
ADI merupakan pengukuran univariat terhadap konsep Demokrasi, yang memaknai transisi demokrasi sebagai demonopolisasi proses dan institusi pada ranah politik, ekonomi, maupun masyarakat sipil (Cho, 2012). Dalam demonopolisasi, ada dua variabel utama: Liberalisasi dan Ekualisasi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 27 orang responden ahli menggunakan instrumen pengukuran berupa kuesioner dengan pertanyaan semi-tertutup. Dengan demikian hasilnya tidak mewakili pandangan populasi masyarakat Indonesia.
Temuan utama riset CWI memperlihatkan skor yang sangat rendah pada ranah ekonomi, ditandai oleh indikator dispersi / sebaran yang sangat rendah yang menunjukkan ketimpangan tajam pada penguasaan aset, lapangan pekerjaan dan pendapatan. Selain itu pengaruh politik sangat kuat terhadap aktivitas ekonomi dan sebaliknya. Dalam ranah politik, terdapat beberapa catatan kritis yaitu tidak adanya pengaruh partai kecil di dalam permbuatan kebijakan di parlemen, supremasi hukum tidak berlaku setara dan kuatnya pengaruh kelompok non-elektoral terhadap pemerintahan. Sementara pada ranah masyarakat sipil, terdapat catatan kritis yaitu adanya monopoli dan diskriminasi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sipil atas nama identitas (mayoritas) tertentu. Selain itu, terdapat perlakuan diskriminasi terhadap kelompok minoritas (Kelompok miskin, masyarakat adat, difabel, LGBTQ, dan lainnya).
Saiful Mujani menanggapi hasil riset dengan menyampaikan bahwa riset ADI menawarkan penafsiran baru terhadap kinerja demokrasi. ADI merupakan alternatif terhadap indeks mainstream yang ada. ADI bekerja di atas konsep oligarki dan melihat naik turunnya demonopolisasi. Sementara itu, indeks mainstream didasarkan pada konsep polyarchy dengan bertumpu pada konsep-konsep. Bagi Saiful, pengukuran ranah ekonomi tidak diperlukan, cukup pengukuran ranah politik dan masyarakat sipil saja. Secara umum Saiful melihat ADI menghasilkan penilaian bahwa demokrasi Indonesia mengalami kemandegan, sementara menurutnya demokrasi Indonesia sedang mengalami kemunduran. Kita perlu mendalami bersama kondisi demokrasi Indonesia ini yang sedang tidak baik-baik saja.
Sandra melihat ADI menawarkan antithesis dari monopoli, didasari left leaning perspective. Ini merupakan studi penting dan berbeda dari indeks demokrasi yang biasa kita lihat. ADI dianggap berani mengungkap niat / intention dari suatu fakta atau kebijakan. Semangat awal untuk mengungkap niat buruk menjadi seperti tidak sinkron jika melihat hasil akhir skor ADI yang ternyata tidak terlalu buruk. Selain itu, terdapat pertanyaan Sandra terkait identifikasi narasumber ahli sebagai responden dalam riset ini, apakah spektrum ideologis yang yang digunakan terbukti tepat dilekatkan pada narasumber yang bersangkutan. Selain itu terdapat fakta-fakta yang mungkin tidak tertangkap oleh indikator dalam survei ini, apakah dapat ditemukan narasumber yang tepat yang memahami fakta-fakta ini. Sandra juga mempertanyakan kategori narasumber dalam ranah masyarakat sipil dan menawarkan cara lain untuk membagi kategori dalam ranah ini. Bagi Sandra, masyarakat sipil sebelum ini sempat luput pada aspek interseksionalitas dalam kerja-kerja mereka, namun hal ini telah disadari dan masyarakat sipil mulai melakukan perbaikan. Kita perlu membahas bersama bagaimana mendefinisikan hal yang baik dalam demokrasi.
Panel Diskusi
Presenter : Heru Samosir, M.E. (Manajer Riset CWI)
Narasumber :
- Saiful Mujani, Ph.D (Pendiri SMRC dan Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah)
- Dr. Sandra Hamid (Pegiat Demokrasi dan Country Representative The Asia Foundation)
Moderator : Helga Kusuma (Peneliti CWI).
YouTube : https://www.youtube.com/watch?v=1v1e4fgHkXU